SELAMAT DATANG DI RHEYSHA'S BLOG.....
Popular 1:1 Traffic Exchange

Rabu, 09 November 2011

My Journey

Perjalanan ke Kota Seribu Kenangan


Pontianak, 21 April 2011 Setelah 12 tahun kepergian Bapak dan 2 hari sebelum kepulanganku ke Bumi Uncak Kapuas.
Setelah  ziarah hari ini di Singkawang aku menemukan banyak pengalaman bahkan menjadi sebuah renunangku. Hari ini aku tersadar, kenapa hal ini tidak terjadi semenjak dahulu? Tapi, pengandaian itu tidaklah baik. Sungguh rekayasa Allah SWT sangat indah pada hari ini dan itu bukanlah terlambat. Subhanallah...satu persatu ibrah mendatangi ku, mulai dari episode silaturahim hingga ibrah tentang cinta sejati.

Prolog
Singkawang. Aku menyebutnya kota seribu kenangan. Masa kanak-kanak yang indah hanya bisa ku temukan di kota itu, meski tak lama. Hanya sepuluh tahun saja. Tapi memori di tempat ini tak akan pernah terganti di tempat mana pun. Masa menyenangkan bersama teman-teman dan sahabat. Tempat-tempat masa lalu yang hingga kini masih membekas di hati dan pikiranku. Komplek perumahan guru SMP 5 (tempat tinggal pertama keluargaku), Kompleks SDN 13 (Tempat tinggal ke dua keluargaku), Rumah di Jalan Tani Gg. Melati Putih (Sayang, beberapa minggu sebelum menempati rumah baru, Bapak sudah berpulang ke Rahmatullah. Rumah itu hanya tinggal kenangan), Taman Burung (tempat bermain bersama Bapak, adik dan sahabat-sahabatku), Pasar Tengah (rindu mie tiaw goreng dan es campurnya), Orbit/Bioskop (rindu bakso dan es buahnya), pasar Hongkong (tempat nongkrong keluarga di malam minggu), Rumah makan Pagaruyung (hmmm...masakannya yummy..), Kue Bongko, Bakpao, Sotong Pangkong. Aromanya masih teringat sampai sekarang. Ah, masih banyak tempat-tempat lain yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Episode 1, Ziarah
Sebelum ketempat tujuan aku bertemu teman lama. Bang Randi di jalan. Tetangga dan teman bermain semasa kecil. Dia semakin makmur saja. Padahal awal-awalnya aku tidak mengenalinya dari jauh. Tapi ketika kami berpapasa di mesjid At-Taqwa (tempat TPA ku dulu), aku baru tersadar.Bukankah itu Bang Randi dengan seragam kantor dinas perhubungan plus mengendarai motor besarnya. Aku memanggilnya dan dia pun membalas. Meski ia sedikit terkejut. Sayang hari ini aku tak sempat main ke rumahnya.
Kapan bisa bertemu dengan Three Musketeres { Bang Ade (Bang Ngah), Bang Randi, dan Bang Yanshyah (Bang Su)} lagi ya???
Setiap kali aku berziarah, entah kenapa aku selalu merinding dan sedih. Merinding seakan akan aku merasakan bagaimana sakitnya sakaratul maut dan sedih melihat makam-makam sunyi. Berpenghuni tapi tak bersuara. Meninggalkan yang mereka cintai. Istri, suami, anak, harta dan jabatan. Yang dibawa hanya amal ibadah, ilmu dan doa anak yang sholeh. Aku hanya sendiri membersihkan makam bapak. Hening. Aku ingin menangis, tapi kutahan. Ada rasa rindu yang membuncah. Rindu akan kasih sayang beliau, rindu bujukan beliau dikala aku menangis, dan rindu dekapan beliau. Aku memejamkan mata merasakan seolah-olah aku kembali kemasa dulu. Sewaktu beliau masih ada. Berusaha menyusun memori mengingat wajah beliau dan merasakan getar-getar suaranya yang tak lagi utuh, bahkan nyaris terlupa. Bapak...aku kini kembali dihadapan makammu. Menunaikan janji empat tahun dulu. Bahwa aku akan kembali lagi kesini jika aku sudah wisuda. Hari ini kutunaikan janjiku. Tapi ini bukanlah janji terakhir, aku akan kembali lag. Kembali dengan diriku yang sudah sukses, kembali dengan membawa ibu dan adik untuk mengunjungimu, dan kembali dengan keluarga kecilku.
Bapak...terima kasih atas gen yang mengalir ditubuhku, banyak orang yang mengenalmu mengatakan aku mirip denganmu. Fisik dan kecerdasanmu mengalir padaku. Dulu aku sempat tak suka. Tapi lama kelamaan aku bisa menerimanya. Aku tak bisa lari dari kenyataan. Dan itulah aku. Like father like daughter. Ya Rabb, sayangilah kedua orang tuaku sebagaimana mereka menyayangiku sejak kecil. Ampuni segala dosa mereka dan terimalah amal ibadah mereka.amin ya rabbal alamin.

Episode 2, Silaturahim
Sungguh jika ingin mengetahui dan belajar tentang arti sebuah kehidupan, tanyalah pada seseorang bijak yang sudah lama hidup. Seraya menyantap makan siang yang sederhana kami mulai bercerita. Aku dan pamanku, paman Umar. Pamanku ini sudah berumur, kalau ku taksir sekitar 60-an. Suapan pertama masih seputar masalah kuliahku dulu, tapi begitu suapan selanjutnya. Aku tak mampu untuk menyantapnya, bukan karena rasanya yang tidak enak. Sungguh hidangannya begitu nikmat. Tapi kata-kata beliaulah yang membuatku berpikir menghentikan sejenak suapanku.
“Benarlah hadis Rasulullah, Jika ingin berusia panjang dan murah rezeki maka perpanjanglah silaturahim”. Kata-kata ini sungguh dasyat dan efeknya benar-benar aku rasakan. Bagaimana tidak? Sebelum aku sampai di kota ini dan bertemu mereka aku sebenarnya sedang sakit, dan tak ada seorangpun yang tahu, begitu juga ibuku. Tapi karena azzamku yang sudah bulat, maka beberapa hari sebelum keberangkatan sakitku mulai memulih. Begitu juga dengan rezeki yang dberikan Allah SWT.  Jika kupikir-pikir tidaklah cukup kantongku untuk kesana apalagi uang yang ku keluarkan untuk wisuda kemarin tidaklah sedkit. Tapi aku percaya bahwa Allah akan memberikan rezekinya dari segala penjuru.
Episode ini masih berlanjut, aku kemudian mulai mengunjungi guruku sewaktu SD dulu.Ibu Rosmini namanya. Beliau sempat tidak mengenaliku. Beliau juga semakin cantik. Dua belas tahun bukanlah waktu yang singkat untuk mengubah semuanya, begitu juga fisiku. Banyak hal yang kami bicarakan dari sekolah yang dulu masih beraw dan  becek. Masih teringat olehku ketika aku, Meidi, Glatika, dan Dessy (sahabat masa kecilku) mencari ikan tembakul. Ikan yang di atas kepalanya ada titik putih bercahaya. Tak kusangka sekolahku itu kini pernah menjuarai adipura. Subhanallah...begitu banyak kemajuan yang tak kutahu. Aku juga masih ingat dengan anak-anak beliau Zul, Aat, dan Bayu. Meski mereka tak mengenaliku. Kalau ingat masa SD dulu, aku jadi ingat teman sepermainanku, Meidi, Desi, Glatika, Ulan, Niswi, Linda, Belvi, Yulizar, Suryati, Apriyanti dan lain-lain.
Setelah pertmuan dengan Ibu Rosmini, kali ini langkahku tertuju pada satu rumah. Rumah yang posisinya masih seperti dulu. Tak banyak yang berubah, hanya renovasi yang semakin mempercantik rumah. Kali ini rumah Ibu Ernani, wali kelasku dulu di kelas 3 SD dulu di Singkawang. Beliau juga tidak banyak berubah masih ramah seperti dulu, ceria dan suka bergurau. Sungguh aku rindu dengan beliau begitu juga dengan Pak Supriyadi, suami beliau. Ketua RT kami dulu. Bapak juga masih tidak banyak berubah, masih tetap gagah. Dan yang terakhir adalah bang Yansyah, hehehe. Abang juga tak banyak berubah ceria selalu dan tentu saja sudah dewasa. Waktu aku berkunjung ia juga yang membuat dan  menyuguhkan minuman untukku.
Ya Rabb...jika aku ingin jujur sebenarnya aku iri terhadap keluarga mereka, terutama bang Yansyah.  Abang sungguh beruntung memiliki oraang tua yang masih lengakap bahkan hingga ia sedewasa ini. Aku sangat senang berada ditengah mereka meski hanya sebentar. Aku rindu suasana keluarga seperti ini. sangat ku rindu.ada canda, tawa, sungguh seakan-akan aku ingin itu terjadi padaku. Allhamdulillah ya Rabb...Engkau mempertemukan aku dengan mereka sehingga aku banyak belajar sebelum melangkah ke lembaran baru di kehidupanku.

Episode 3, Cinta Sejati
Akankah ketika fisik sudah tua, rasa cinta masih sebesar seperti pertama kali menikah? Masih semesra dahulu dengan kata-kata sedikit gombal kepada pasangan? Sebenarnya aku tak begitu yakin, hingga hari ini di hadapanku contoh itu sungguh nyata. Itu terjadi kepada paman dan bibiku. Bibiku sekarang mengalami stroke ringan, meski ringan tapi beliautidak bisa berjalan dan makan pun hanya boleh yang lembut-lembut seperti bubur. Subhanallah rasa cinta itu begitu terlihat di mata dan tindakan mereka. Ketika bibi tak bisa bergerak dan makan. Paman dengan sabar dan penuh kasih sayang menyuapinya. Bibi sebenarnya di rawat di RS. Tapi kata paman lebih baik di rawat di rumah saja, ada yang mengurus. Ini lah pengorbanan, biarlah paman dibilang baby sitter yang penting bibi bisa cepat sembuh. Ya rabb, pasangan ini sungguh membuatku iri dan cemburu dua kali. Akankah aku menemukan psanagn sejatiku seperti mereka? Yang setia menemaniku meski fisik tak sebugar dan seindah dulu. Akankah aku memilikinya? Cinta seperti inilah yang ingin kurasa. Cinta yang hanya bisa terpisah oleh maut.

Epilog
AKU BERUNTUNG MEMILIKI KELUARGA, TEMAN DAN ORANG-ORANG YANG BISA KUCINTAI DAN MENCINTAIKU.
TERIMA KASIH YA RABB...SUNGGUH IBRAH INI TAK AKAN AKU LUPA.
Ya Rabb...Bawa aku kembali ke masa indah itu, walau sesaat saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberi komentar untuk blog ini: